Time Line

Senin, 23 Desember 2013

TITLE: SECRET ADMIRER PART 2


 Author : Isnaeni Septiani (@isnaseptian)

“Hey kita mau kemana sih jangan sampai gue telfon polisi ya!” aku terus mengusik aktivitasnya yang sedang menyetir. Namun dia tak menjawab hanya menatapku sebentar lalu beralih lagi memperhatikan jalan.
“Nah sudah sampai.. Ayo..” ucapnya antusias.
“Kita mau kemana sih?” tanyaku lagi yang tak kunjung mendapat jawaban.
“Ssssttttt kau ini berisik sekali, ayo cepat mereka sudah tidak sabar” owi menarik lenganku agar aku segera mengikutinya. Dan aku baru sadar kalau ternyata sepanjang perjalanan kami berdua bergandengan tangan layaknya sepasang kekasih pantas saja setiap orang yang bertemu denganku menatap kami iri.
“Hey lepaskan!” aku menarik lenganku dari genggamannya.
“He? Iya maaf-maaf, cepatlah sedikit kau ini bukan putri solo’kan?”
“Sabar sedikit akukan pakai rok aku tak biasa mengenakannya, kau bawa aku ketempat ini mau apa?”
“Aku heran kenapa bisa kau lulus dari sekolah SMP mu dulu, meluluskan wanita lemot sepertimu”
“Hey jaga mulutmu! Maksudmu apa?”
“Kau tidak melihat ini?” kini owi menunjuk salah satu papan yang berada tepat diatas bangunan klasik ini. Akupun menengadah untuk melihat isi dari tulisan tersebut.
“R-E-S-T-O-R-A-N-S-I-A-P-S-A-J-I” aku mengeja kata yang bertuliskan dipapan itu.
‘Oh jadi ini rumah makan sama sekali tidak nampak seperti rumah makan benar-benar bangunan klasik yang tua dan nampak menyeramkan’
“Ayo masuk tunggu apa lagi? Kau senang sekali ya membuang waktu” ucap orang yang menyebalkan ini.
“iya-iya berisik sekali sih!” aku dan owi masih canggung kadang kami berbicara gue-lo atau kadang aku-kamu-kau dan sebagainya. Biarlah tidak penting juga.
Lalu akupun mengekor dibelakangnya mengikuti langkah-demi langkah hingga sampai di meja rostoran yang sepertinya sudah dipesan oleh owi. Dugaanku tentang restoran ini menyeramkan ternyata salah justru setelah aku masuk kedalam susananya begitu nyaman para pelayan restoran tersebutpun ramah-ramah dengan menebar senyum kepada setiap para konsumen.
“Hey dari tadi bengong terus” ucap owi yang duduk berhadapan denganku.
“Tenang-tenang aku  yang traktir kok, hitung-hitung sebagai permintaan maafku” ucapnya lagi lalu tersenyum
Aku mengangkat alisku lalu berkata “Cih, jadi ini semua hanya sogokan untuk kau mendapatkan maaf dariku? Jangan harap!” ucapku penuh penekanan.
Owi menunduk dan mulutnya seperti sedang berkomat-kamit meski suaranya nyaris tak terdengar namun karena radar telingaku diatas rata-rata sedikit dari komat-kamitnya dapat kudengar dengan jelas, ia berkata  “Perempuan memang ribet!”
“Bicara apa kau? Aku dengar!” ucap ku sedikit menaikan nada suaraku sontak owi menengadah lalu tersenyum dan menggelengkan kepalanya menandakan bahwa ia tidak sedang membicarakan apapun.
“Nah, makanannya sudah datang. Wajahmu jangan dilipat terus dong sudah jelek makin jelek” ucap manusia super menyebalkan ini lalu diikuti dengan cekikikannya.
‘Aaaarrgghh benar-benar menyebalkan makhluk ini’ gumamku dalam hati sambil meremas-remas jariku lalu memberikan tatapan mematikan padanya.
“Haha maaf-maaf, tau tidak? Jika wajahmu dibuat seperti itu mirip macan yang siap menerkam mangsanya loh haha” owi terus meledek setiap apa yang ku lakukan.
Kesabaranku habis aku menggebrak meja hingga manusia didepanku ini menghentikan aktivitasnya “DIAM ATAU KU PATAHKAN TULANG LEHERMU!” ucapku dengan emosi yang menggebu.
“Sssstttt jangan berisik” manusia ini segera membekam mulutku lalu menundukkan kepalanya kepada para pengunjung yang berada dalam restoran menandakan bahwa ia meminta maaf atas kegaduhan yang kubuat.
“Kau bisa lebih anggun sedikit tidak sih jadi perempuan?” tanyanya masih dengan membekam mulutku. Akupun lantas menggigit tangan yang ia gunakan untuk membekam mulutku itu.
“Aw! Kau kelaparan?! Ini dimeja makan sudah tersedia makanan yang enak-enak masih saja menggigit lenganku. Dasar rakus!” pekiknya kesakitan dengan spontan ia melepas bekaman dimulutku lalu beralih meniupi lengannya yang baru saja ku gigit sambil terus menggerutu sendiri.
“Yasudah cepat makannya, mau tunggu siapa lagi? Aku mau pulang!” ucapku tanpa menatapnya.
“Tunggu siapa lagi? Maksudmu?” ucapnya dengan mulut yang penuh dengan makanan yang berceceran dimana-mana.
“Tadi waktu didepan kau bilang ‘mereka sudah tidak sabar’ nah mereka itu siapa? Dasar lemot!” jawabku asal-asalan.
“Hahaha maksudmu ini?” owi menunjuk perutnya aku hanya mengangkat satu alisku “Iya. Yang sudah tidak sabar itu ini cacing-canging diperutku” ucap owi lagi sambil tertawa lalu menatapku berharap aku akan ikut tertawa juga namun aku hanya buang muka karena menurutku itu sama sekali tidak lucu.
Aku memilih diam, mataku memang menatap makanan yang berada di meja makan namun pikiranku melayang-layang entah kemana.
“Sampai matamu copotpun kau tak akan kenyang jika makanannya hanya dilihat saja” ucap manusia menyebalkan ini mengusik lamunanku.
“Selera makanku sudah hilang, cepat sedikit. Aku mau pulang!” ucapku sambil menampakkan wajah sangarku.
Owi mengangguk-anggukan kepalanya lalu berkata “Kalau begitu kau tidak bisa pulang!”
“Maksudmu apasih? Cepat! Aku mau pulang! Kalau tidak aku akan teriak!” ucapku berusaha mengancamnya.
“Teriak saja paling kau dianggap gila oleh semua orang” ucapnya enteng lalu melanjutkan aktivitas melahap nasi gorengnya itu dengan tidak manusiawi.
‘Ih benar-benar menyebalkan manusia ini! Kalau saja urat maluku sudah putus akan ku cabik-cabik wajahmu sekarang juga! ’ rutukku dalam hati kepalaku mungkin sekarang benar-benar sudah berasap.
“Yasudah apa maumu sekarang?” akhirnya aku mengalah karena dia semakin menjadi-jadi aku malas meladeni manusia tipe seperti ini.
“Makan makananmu! Aku beli pakai uang loh bukan pakai daun, sayang kalau tidak dimakan!”
“Bungkus saja untuk nenekmu dirumah”
“Nenekku di banyumas”
“Yasudah untuk adikmu saja”
“Aku anak tunggal”
”Untuk papa mu saja kalau begitu”
“Ayahku tidak disini, dia disingapur”
“IH YASUDAH UNTUK MAMA MU KEK!”
“Mamaku sudah tidak ada! Kau ini disuruh makan susah benar sih?! malah mengorek-ngorek keluargaku!” ucapnya kini dengan nada bicara yang dinaikan satu oktaf lebih tinggi dari biasanya.
Ya sedikit rasa bersalah tentu ada dibenakku maka dari itu aku mengikuti apa yang diperintahkan makhluk menyebalkan itu melahap makanan didepanku yang sedari tadi kuanggurkan. Setelah piring di meja makan bersih barulah kami memutuskan untuk pulang. Sebenarnya bukan kami sih, dia, karena memang dia yang mengancamku harus menghabiskan makananku dahulu baru dia kan mengantarku pulang.
Didalam mobil tak ada percakapan hanya suara berisik dari penyiar radio yang sedang owi dengarkan. Aku bersyukur karena aku tak perlu repot-repot meladeni ocehan manusia menyebalkan ini. Tak lama kemudian ia berkutat dengan layar handphone-nya lalu menekan tombol didepannya untuk memperkecil suara radio tersebut.
Sampai akhirnya menatapku lalu berkata “Kita ke tempatku dulu ya”
Sontak akupun mengalihkan pandanganku menjadi ke arahnya “Hah? mau apa?”
“Udah ikut aja dulu” ucapnya lalu memutar balik arah.
“Ya tapi mau apa? Ini udah sore nanti mama pasti nyariin” ucapku lugu sontak owi tertawa.
“hahaha dandanan..? wajah..? bringas! mana mungkin tipe sepertimu masih nempel diketiak mama, aduh aduh gak pantes” kini dia mulai meledekku lagi hingga memegangi perutnya.
“Ih! Apaan sih gak ada yang lucu! Cepat putar lagi arahnya aku mau pulang!” ucapku sambil meraih kemudinya.
“Eh jangan sentuh! Kau mau motor ninjamu itu kembali dengan utuh’kan?” tanyanya dengan nada mengancam. Aku hanya menatapnya kesal.
‘Manusia ini.. benar-benar akan membuat tensiku naik! aaaa’ rajukku dalam hati lalu memalingkan wajah.
“Sudah tak usah cemberut, sebentar lagi setelah belokan didepan itu sampai kok” ucapnya namun takku hiraukan.
Setelah sampai ditempat yang owi tuju kami segera keluar dari mobil, namun aku heran nampaknya ini bukan seperti rumah owi melainkan sebuah kostan. Aku mencari tahu bahwa sebenarnya tempat apa ini tentu tanpa bertanya pada manusia setengah iblis ini karena apabila bertanya padanya sama saja aku mengundang dia untuk berpidato. Sampai akhirnya pupilku menangkap sebuah papan yang bertuliskan ‘Kost Putra’ Oh tidak! Ternyata dugaanku benar ini adalah tempat kost dan What?! Ini merupakan kost putra? mau apa makhluk ini mengajakku ke tempat kost putra?!.
Aku menelan banyak-banyak air ludahku, degup jantungku menari-nari oplosan ala acara di salah satu stasiun televisi. Pikiranku terus bertanya-tanya mau apa dia mengajakku ketempat ini. Wajahku tampak tegang. Lalu terlihat ada sosok yang menyambut kami dari arah kiri.
“Tumben sekali kamu pulang jam segini, kemana dulu?” tanya sesorang yang berperawakan besar pada owi.
“hahay! Dasar penjilat! Bisa-bisanya dia meledekku tadi, ‘wajah bringas tak pantas berdiam dibawah ketiak mama’ hello apa kabarnya denganmu?? Sama saja!” cibirku dalam hati.
“Tadi aku makan siang dulu bu diluar hehe” ucap owi lembut. Aku yang mendengarnya serasa mual ingin muntah.
“Oh begitu pantas saja lama, soalnya tadi ahsan kesini katanya...” belum sempat orang yang didepanku ini menyelesaikan perkataanya sudah disambar cepat oleh owi.
“Ya ampuun bu, hampir aku lupa” ucap owi lalu menempelkan satu lengannya tepat diarahkan kejidatnya yang lumayan lebar. Lalu owi mengangkat tangannya untuk melihat jarum-jarum yang berada di arlojinya “Aduh mana waktunya tinggal setengah jam lagi”
“Yasudah mending sekarang kamu mandi gih jadi kalau ada ahsan tinggal berangkat” ucap wanita yang berperawakan lumayan besar ini yang kutangkap ia sepertinya merupakan ibunya owi.
“Em kalau begitu ibu ajak dia masuk saja dulu ya bu” ucap owi yang nampak sibuk sendiri lalu ia segera berlari memasuki kamar kost tersebut.
“Hey! Aku mau pulang!” teriakku pada owi aku tak memikirkan seseorang yang ada dihadapanku.
Mendengar teriakanku yang membahana ia kembali lagi lalu berkata padaku “Tet sebentar ya aku mandi dulu pleass” ucapnya lebih tepat seperti sedang memohon sesuatu agar dikabulkan. Aku hanya mendelikan mataku dan secepat kilat owi telah menghilang dari hadapanku.
Sekarang tinggal aku dan seorang ibu yang berperawakan besar itu lalu ia menyuruhku memasuki kamar kost owi. Awalnya aku berpikir negatif tentang perempuan yang ada dihadapanku ini namun ternyata dia merupakan sosok yang baik dan ramah aku dilayani bak tamu spesial ia menjamuku dengan berbagai macam makanan dan berbagai macam minuman. Aku curiga dia mempunyai saku ajaib doraemon.
“Oh iya namamu siapa nak?” sang ibupun lalu memulai percakapannya dengan menanyakan namaku.
“Lili bu liliyana natsir tapi panggil saja butet” jawabku ramah.
Sang ibu tertawa kecil aku tak mengerti apa yang membuatnya tertawa padahal setauku aku tidak sedang melawak, mungkin karena wajahku terlalu lucu. “Nama panggilanmu lucu juga ya tidak ada sangkut pautnya dengan nama aslimu hehe” ucap sang ibu lagi-lagi dengan tawanya.
‘Sial! Jadi ini yang membuatnya tertawa’ rutuku dalam hati, namun aku hanya tersenyum untuk sekedar menghargai ucapannya.
“Oh iya nama ibu linda tapi ibu belum terlalu ibu-ibu juga sih ya panggil saja tante, tante linda” ucap sang ibu dengan pedenya dan untuk yang ketiga kalinya lagi-lagi sembari tertawa.
‘Mamanya owi benar-benar centil’ gumamku dalam hati.
“Iya tante” jawabku ramah. Setelah itu tak ada percakapan lagi kami masing-masing fokus pada layar televisi.
Sampai akhirnya sang ibu memecah keheningan dengar bertanya “Kamu pacarnya owi ya?” tanya sang ibu membuatku tersedak saat tengah mencicipi jamuan yang diberikannya.
“OHOK..UHUK..OHOK..” aku terbatuk-batuk sembari memukul-mukul dadaku sendiri.
“Aduuh nak pelan-pelan dong makannya, pertanyaan tante terlalu mengejutkan ya? hehe” ucapnya sambil menyodorkan satu gelas air putih. Lalu ku teguk air putih itu sampai habis tak tersisa. Kerongkonganku serasa kering mendengar pertanyaan yang baru saja dilontarkannya.
Karena tak kunjung kuberi jawaban sang ibupun bertanya kembali “Benar ya kamu pacarnyanya owi?” tanyanya sumringah.
“Bu-bukan tante bukaaan!” jawabku cepat.
“Tidak usah berbohong, santai saja. Benar’kan?” tanyanya lagi.
‘Ih maksa banget sih mamanya owi, mana mau aku pacaran dengan manusia setengah iblis itu’ rutukku dalam hati.
“Bukan tante, aku hanya teman sekelasnya owi” jawabku dengan menampakkan wajah kesalku bagaimana tidak mamanya owi memaksaku untuk berkata ‘iya’.
“Oh begitu, tapi selama ini owi itu belum pernah membawa teman perempuannya kesini loh..” ucap sang ibu menghentikan perkataannya sebentar lalu melanjutkannya kembali “Mungkin kamu wanita spesial bagi owi”
“Spesial? Nasi goreng kali tan spesial” ucapku asal-asalan sebenarnya malas sih meladeni percakapan yang tidak penting ini apalagi menyangkut manusia setengah iblis itu namun ya karena aku sedang berbicara dengan orang tua mau tak mau lah aku ladeni.
“Haha bisa saja kamu” tawa sang ibu lalu mendaratkan pukulan kecil dipahaku.
“Kamu mau tau tidak hal terparah yang pernah dilakukan owi? Tante jika ingat hal itu selalu ingin tertawa” ucapnya lagi menawarkan pertanyaan yang menarik.
‘Bagus juga ini mamanya owi, wah bisa jadi bahan ledekanku nanti. Lihat saja wi akan ku balas kau!’ gumamku dalam hati lalu aku segera mengangguk dengan cepat menandakan aku ingin mengetahuinya.
“Apa itu tante?” ucapku bersamaan dengan anggukanku tadi.
“Jadi begini..” belum sempat mamanyanya owi melanjutkan ucapannya datang seseorang yang mengejutkan kami dari belakang yang tak lain dan tak bukan adalah manuisa setengah iblis itu. ya owi.
“Duaaaar” ucap owi dari belakang sambil memegangi pundak mamanya itu.
“Hayoo lagi gosipin owi yaa? Bu jangan buka kartu owi dong!” ucap makhluk itu dengan manja. Uwek! Rasanya aku ingin muntah saat melihat dia seperti itu.
Aku menoleh kebelakang untuk sekedar melihat  owi yang tengah berbisik-bisik dengan mamanya  “AAAAAAA” teriakku setelah menyadari keberadaaan owi.
“Kok teriak sih?” tanya owi heran.
“Kau ini tidak punya malu ya! Lihat dirimu!” aku segera menggiring kedua lenganku ntuk menutupi wajahku.
“AAAAAAAA” teriaknya tak kalah panik setelelah menyadari bahwa handuk yang ia kenakan dipinggangnya itu merosot lalu owi segera melesat pergi.
“Hahaha kebiasaan buruk mu tak pernah kau rubah wi! Mangkanya setelah mandi itu cepat pakai baju jangan keluyuran kesana-kemari dulu ” teriak sang ibu lalu diikuti dengan tawanya.
“Maaf ya butet owi memang ceroboh, untung saja dia masih mengenakan boxcer-nya kalau tidak bisa berabe” ucap sang ibu meminta maaf atas kecerobohan owi barusan, aku hanya tersenyum kecut.
“TIIINN TIIINN” terdengar suara klakson motor dari arah luar.
Tante linda pun lantas melihat kearah jendela dan berucap padaku “Sebentar ya tet tante bukain gerbang dulu” segera tante linda berjalan menuju gerbang untuk segera dibuka.
Tak lama owipun muncul sudah dengan berpakaian rapi, aku segera menodongnya “Heh mau sampai kapan aku menunggumu disini! Langit sudah mulai gelap aku takut dicariin mama handphone ku low. Cepat aku mau pulang!” cerocosku padanya.
Owi tertawa sebelum berucp padaku “Bhahaha anak mama dasar!” ucapnya dengan nada mengejek.
“Coba katakan sekali lagi?!” ucapku dengan menari kerah banyunya.
“Iya-iya maaf, yasudah ayo kita kedepan” ucapnya lalu menarik lenganku.
Saat diambang pintu dia segera melepaskan pegangan dilenganku untuk melambai pada sosok yang baru saja datang “Hey san, dari tadi bukan? Sorry ya lama”
Mataku mengikuti kearah yang ia panggil dengan ‘san’ itu. ternyata dia merupakn teman satu sekolahku juga namun berbeda kelas aku mengamati kehadirannya hingga mataku menangkap sesuatu yang berada disebelahnya ‘Lah itukan motorku? Kok dipakai temannya owi sih?’ tanyaku dalam hati saat melihat sosok yang baru datang itu.
“Wi itukan motorku kok dibawa kesini? Katanya mau diantar kerumah, kau ini bagaimana sih!” bentakku pada owi. Lalu owi membawaku mendekat ke arah temannya dan motorku.
“Tet sorry banget nih ya tanpa mengurangi rasa hormat ceileh aku kan akan pergi latihan dengan ahsan” ucap owi sangat hati-hati malah terkesan lama.
“TERUS?” sambarku cepat agar owi segera melanjutkan perkataanya.
“Ja-jadi..” ucapnya terbata-bata lalu merampas kunci motorku serta helm yang ada di tangan ahsan. Lalu memberikan barang-barang itu padaku “Ini kunci motormu.. helm mu.. dan satu lagi, jas hujan punyaku..  jaga-jaga takut dijalan tiba-tiba hujan”
Aku melongo tak mengerti maksud dari perkataan owi barusan “Maksudmu?!” tanyaku meyakinkan.
“Kau pulang sendiri saja ya waktuku sudah mepet” Ucapnya lalu tersenyum yang membuatku benar-benar muak lalu ia berkata lagi “Aku sengaja menyuruh ahsan mengantarkan motormu kesini karena aku tak punya waktu lagi untuk mengantarmu pulang mangkanya kau pulang sendiri saja ya yang pentingkan motormu sudah ku antar dengan selamat pada pemiliknya hehe” ucapnya lalu tersenyum.
Saat ini rasanya ingin kukeluarkan samurai lalu memenggal leher manusia setengah iblis ini tanpa ampun ‘AAAAAA MANUSIA INI... BENAR-BENAR AKAN MEMBUATKU MELEDAK!’ aku menatapnya tajam ingin rasanya mendaratkan satu bogeman saja padanya agar rasa kesalku tersalurkan namun sungkan kulakukan karena disebelahnya masih ada tante linda. Aku terus memakinya dalam hati sambil menatapnya tajam lalu owi sepertinya akan segera melarikan diri sampai akhirnya ia berkata “Sudah ya aku mau berangkat nanti bisa-bisa aku dan ahsan dipecat ” ia memebuka pintu mobilnya untuk segera melesat pergi.
Namun sebelum owi menginjak pedal gasnya ia terlebih dahulu mencondongkan kepalanya dari arah pintu mobilnya itu hingga yang terlihat hanya kepalanya saja lalu berkata padaku “Oh iya satu lagi, itu kepalamu sudah berasap hati-hati meledak ya!” teriaknya padaku lalu terdengar jelas tawanya membahana bersamaan dengan temannya itu.
‘SIAL! BARU KALI INI ADA YANG BERANI MENGERJAIKU HINGGA BEGINI! LIHAT SAJA NANTI PEMBALASANKU!’ rutukku dalam hati
“HEH OWI JANGAN KABUUR!” teriakku padanya. Ku lihat tante linda hanya mesem-mesem sedari tadi melihat tingkahku dengan owi aku segera pamit pulang padanya karena aku ngin segera memberi pelajaran pada owi hari ini juga.
Setelah pamit pada tante linda segera kulajukan motorku dengan kecepatan tinggi berharap masih menemukan jejak mobil owi yang dapat ku kejar dan akhirnya terlihat mobil sedan BMW yang berwarna hitam dengan nomor polisi ‘B 120W1K 5T’ yang tak lain dan tak bukan adalah mobil si manusia setengah iblis itu.
‘YES!’ hatiku sorak-sorai ketika melihat mobilnya ada di depanku segera ku kejar lagi hingga dapat menyelip di depanya namun sayang aku terhenti oleh trafic light. Owi meluncur dengan bebas didapan namun sepertinya ia melihat keberadaanku dari kaca spionnya manusia setengah iblis itu lalu mengacungkan ibu jarinya yang dibuat terbalik.
“HEY! KAU BENAR-BENAR MENGIBARKAN BENDERA PERANG RUPANYA! TUNGGU PERMAINAN DARIKU!” teriakku antusias aku tak dapat mengejarnya lagi karena entah mobil dia sudah tak terihat. Dan masalah yang terakhir adalah.. aku menjadi pusat perhatian dijalanan ini! OH TIDAK! Ternyata semua pengendari mobil maupun motor tengah menatap aneh kearahku sambil  berbisik dari satu pengendara ke pengendara yang lain.
Aku tertunduk malu berusaha menyembunyikan wajahku ‘SIAL! SIAL! BENAR-BENAR MANUSIA PEMBAWA SIAL!’ makiku dalam hati. Sepersekian menit trafic light itupun berubah warna menjadi hijau menandakan para pengendara boleh melanjutkan perjalanannya. Secepat kilat aku melajukan motoku ini ingin rasanya cepat-cepat sampai dirumah.
*********
Pagi ini cukup mendung aku memutuskan untuk tidak membawa motor kesekolahku dan tidak juga membawa mobilku aku naik kendaraan umum rasanya sudah lama tidak berdesak-desakan di metro mini memang kedengarannya bodoh tapi aku senang melakukan ini berdesak-desakan di angkutan umum rasanya lebih menantang dari pada naik motor atau mobil. Aku terus menunggu kehadiran si mobil oranye itu dihalte dan beberapa orang disamping ku pun tengah melakukan hal yang sama.
Tiba-tiba ada mobil yang berhenti didepanku lantas membuka kaca mobilnya akupun sedikit merendahkan berdiriku untuk melihat sosok yang ada dalam mobil itu aku pikir pasti orang yang akan menanyakan alamat namun ternyata aku salah. Yang berada dalam mobil itu adalah owi si manusia setengah iblis.
“Haha sedang apa kau disitu?” tanyanya dengan nada mengejek.
“Kau Buta? Atau tidak punya otak? Lihat aku sedang dihalte! Pikir sendiri orang dihalte sedang apa! Pakai nanya lagi!” ucapku sambil memamerkan mataku yang dibuat bulat.
“Ohaha galak sekali kau ini, motormu kemana? Rusak gara-gara kemarin?” tanyanya lagi bukannya menggubris perkataanya aku malah melirik arloji yang ada dilenganku.
“Sudah pukul tujuh kurang lima belas menit ya? Wah lima belas menit lagi gerbang sekolah akan ditutup dong. Daripada kau terus berdiri disitu mending berangkat kesekolah gratis bersamaku” ucapnya sumringah dari dalam mobil.
Aku kembali merendahkan berdiriku untuk kembali melihatnya “Apa? Coba katakan sekali lagi aku tidak mendengarnya?”
“Iya kau berangkat bersamku saja kesekolah. Ayo naik” ucapnya lagi.
Bukannya segera membuka pintu mobilnya aku malah semakin merendahkan berdiriku mungkin sekarang aku tengah berjongkok dan mengambil sesuatu yang berada dibawah sana lalu ku kepalkan ditanganku hingga tak terlihat olehnya, owi yang penasaran lantas mencondongkan kepalanya hingga keluar.
‘YES UMPANKU DIMAKAN, RASAKAN INI!’ gumamku ketika melihat owi mulai penasaran dengan apa yang sedang ku lakukan.
“Kau sedang apa sih? Ayo naik, berangkat kesekolah bersamaku!”
“TAK AKAN SUDI AKU MENDUDUKI JOK MOBILMU LAGI!” ucapku bersamaan dengan sesuatu yang ku kepal kini mulai ku oleskan tepat ke wajahnya.
“Hey jangan lari! Tanggung jawab ini muka ku belepotan lumpur! Hey butet!” teriaknya dari dalam mobil. Aku yang sudah masuk ke dalam metro minipun tertawa puas melihat manusia setengah iblis itu belepotan lumpur.
‘Haha tau rasa kau jika bermain-main dengan butet!’ ucapku sorak-sorai dalam hati. Dan saat metro mini ini melaju melewati mobilnya, aku berteriak dari dalam dengan antusias “nih ku kembalikan” teriakku lalu mengacungkan ibu jari yang kubuat terbalik.
Terlihat sekali wajahnya nampak kesal dan saat tadi aku berteriak dari jendela metromini terlihat ia sedang memukul kemudinya. Ah aku benar-benar bahagia pagi ini sungguh pagi yang menyenangkan. Rasanya ingin berlama-lama di metro mini karena setelah tikungan ini aku harus turun dan masuk ke sekolah, tentunya harus bertemu manusia setengah iblis lagi. Aku malas. Tapi tak apalah karena pagi ini aku berhasil menang darinya. YEAH!
Dan betapa bahagianya hari ini ternyata si manusia setengah iblis itu tidak ada dikelas sampai pelajaran berakhir, menurut penuturan guru serta teman-temanku dia sedang dispen. Sumpah ini serius aku sujud syukur ketika mendengar dia tidak masuk kelas teman-teman serta wali kelasku hanya geleng-geleng kepala melihat aksiku itu. Masa bodoh! Yang penting aku senang satu hari saja tidak bersamanya bisa membuatku awet muda dengan tidak perlu mengeluarkan energi berlebih.
Pelajaran telah selesai, bel sudah dibunyikan dan it’s time to go home. Aku menyambut sumringah kepulanganku hari ini, saat akan melangkahkan kaki keluar gerbang sekolah seseorang dibelakangku menepuk pundakku pelan. 
“Tet mau kemana?”
“Pulang, kenapa? Mau bareng? Tapi aku tidak bawa kendaraan”
“Bukan.. bukan.. memangnya barusan kamu tidak  mendengar pengumuman?”
“Ya ampun aku hampir lupa, untung aja. thanks vita” ucapku lalu memeluk teman sekelasku itu.
“Ayo, tunggu apa lagi?” ucap vita padaku yang melihat aku seperti sedang memikirkan sesuatu.
“Vit, aku lupa bawa raket” ucapku lalu menempelkan lenganku ke jidat.
“Aku juga gak bawa kok tet lagian hari ini kan hanya perkenalan pelatih saja serta demo ekstrakulikulernya”
“Benar juga yasudah ayo vit” ucapku lalu menuju aula yang dipakai sementara untuk demo ekstrakulikuler yang akan ku ikuti ini.
Ya ini hari pertamaku mengikuti demo ekstrakulikuler yang tentu saja akan diperagakan oleh anggota-anggota dari sekolahku juga. Aku memilih ekstrakulikuler badminton karena memang cita-citaku dari dulu eh bukan dari dulu sih sebenarnya aku ingin menjadi pemain bola tapi karena mama melarangku jadi ku urungkan niat menjadi pemain bola. Mama lebih menyetujui aku menjadi atlet badminton karena ia memang sudah terobsesi pada permainannya susi susanti dulu.
Tapi kecintaanku kepada badminton sekarang sangatlah tinggi aku benar-benar ingin membuktikan pada mama bahwa anaknya yang bandel ini juga bisa berguna syukur-syukur kalau bisa menjadi seorang juara dunia. Tenang ma butet akan tunjukan! ya mulai belajar dari hal kecil dari ekstrakulikuler tidak ada yang salaha’kan?.
Satu persatu demo ekstrakulikuler telah selesai hingga aku tertarik pada demo ekstrakulikuler yang sedang ku lihat ini.
“HIIIIAAAAT”
“PROK..PROK..PROK..” suara riuh tepuk tangan dari para anak-anak kelas sepuluh yang sedang menyaksikan demo ekstrakulikuler karate.
Aku pun ikut betepuk tangan seperti yang lainnya aku tercengang begitu kakak kelasku berhasil memecahkan botol minuman yang terbuat dari kaca dengan tangan kosong “Wah hebat! Hebat! Hebat ya vit” aku menyikut lengan disebelahku.
“Iya tet hebat,eh  bukannya kamu bisa karate juga?” tanya vita sungguh-sungguh.
“Hah? sotau kata siapa kamu? Aku gak bisa!” jawabku tanpa menoleh pada vita.
“Bukannya waktu kamu pernah disuruh untuk menampilkan bakatmu, kau memilih karate dan menendang perutnya ka hendra. Kakak pembimbingmu sendiri, kau ingat?” jelas vita.
“Oh haha itu.. sebenarnya sih itu hanya gaya-gayaanku saja bilang bisa karate padahal sebenarnya tidak” aku menggaruk kepalaku yang tak gatal lalu melanjutkan ucapanku lagi “Aku sih bisa saja adu fisik, gulat, satu lawan satu tapi ya begitu brutal tak terarah aku pengennya seperti kakak kelasku yang barusan mempraktekan jurus-jurus karate yang bagus itu jadi gulatnya terarah dan jika ada manusia-manusia tipe ka hendra seperti itu bisa langsung ku habisi” ucapku serius.
“Dasar kau ini ada-ada saja! jadi sebenarnya kau mau ambil ekstrakulikuler apa? Badminton atau karate?” tanya vita memastikan.
“Sudah badminton saja bersamaku, biar aku ada teman. Ayolah” rengek vita bak anak kecil yang minta dibelikan permen.
“Iya sih lagian aku juga sudah mengisi formulir pendaftaran dibadminton gak mungkin aku gagalkan gitu aja tapi aku juga kepingin bisa bela diri”lirihku galau.
“Karate?, badminton?, karate?, badminton?” ucapku seperti sedang berhitung menggunakan jari-jemariku.
“Ssssstttttttt berisik! Ini demo ekstrakulikuler yang kita tunggu-tunggu sudah mau mulai” ucap vita sambil membekam mulutku yang terlihat antusias saat para kakak kelasku berlenggok memasuki aula dengan memegang raket di tangan kanannya.
Satu persatu para kakak kelasku itu menampilkan cara service yang baik, cara menyerang, bertahan dan smash. Pada saat smash berhasil dilakukan dengan cepat, semua kembali memebrikan tepuktangan yang riuh.
“Wah hebat! Hebat! Hebat ya tet!” kini giliran vita yang terlihat begitu terkesima.
“Haha iya vit hebat” ucapku sambil terus memberikan tepuk tangan. Lalu orang yang sedang melakukan aksinya itu setelah berhasil melakukan smashnya ia menatapku lalu tersenyum dan melambai padaku. Seolah seperti mengatakan ‘hello’.
‘Mengapa dia senyum kearah ku? dadah-dadah padaku seperti itu lagi? Kakak kelas sok kenal!’ Batinku berucap. Aku terus mengawasinya dengan membuka mataku lebar-lebar untuk meyakinkan yang barusan melambai padaku itu siapa. Saat aku menangkap wajahnya ketika menoleh kearahku lagi OH TIDAK! Aku benar-benar mengenalnya.
“Cie disenyumin” ledek vita padaku yang ternyata dia juga melihat kejadian barusan itu.
“Apaan sih! Enggak! Aku gak akan ambil ekstrakulikuler badminton!” ucapku lalu segera pergi meninggalkan vita.
“Eh tet mau kemana? Ini demonya belum selesai?” teriak vita menahanku.
“Masa bodoh! Aku mau pergi ke tempat formulir pendaftaran! Akan ku robek data diriku disana!” ucapku uring-uringan.
TBC
Emm kira-kira siapa ya yang ada dalam demo badminton itu sampai-sampai butet ingin gagalkan pendaftarannya? Tunggu di part selanjutnya J

Title : SECRET ADMIRER PART 1


Author                  : @isnaseptian (inong) Isnaeni septiani
Main cast            : 1. Liliyana Natsir (butet)
                                 2. Tontowi Ahmad (owi)
                                 3. Hendra Setiawan (hendra)
                                    Dan pemeran pembantu lainnya.
Heyhoo sobat BL maaf ekeu baru muncul dan maaf juga bukan lanjut cerbung ‘ternyata’ malah bikin cerbung baru hehe. Maap yak! Cekidot.
 “selama dua tahun aku mencintaimu dan selama dua tahun itu pula lah kau tak pernah mengetahuinya” ucapnya lirih pada orang yang sedang memunggunginya dari kejauhan
Perpisahan tinggal hitungan hari, penyesalan sudah menggunungi batinnya. Ia dilema, dilema akan semua asa yang tercipta. Tercipta untuk orang yang mengacuhkannya.
**********
“prrrriiiiiiitttt...prrriiiiittttt...priiiiiittttt” suara peluit yang terdengar begitu nyaring
“ayoo semua bentuk barisan sesuai dengan gugus kalian masing-masing” intruksi dari seorang ketua osis yang diikuti dengan tepukan tangannya memandakan agar semua segera melaksanakan intruksinya
“yap bagus seperti itu! Barisan kedua tolong samakan barisan kalian dengan barisan pertama” lagi ucap sang ketua osis sambil terus merapikan barisan yang ada di depan hadapannya. Setelah semua dirasa cukup barulah sang ketua osis ini memperkenalkan anggota-anggota osis beserta tugasnya.
“mohon perhatian semuanya, selamat pagi. Selamat datang di SMA Harapan Jaya hari ini adalah hari pertama kalian MOS (masa orientasi siswa) kami harap kalian semua dapat mengikuti MOS dengan baik selama satu minggu ini, saya akan memperkenalkan anggota osis SMA Harapan Jaya sekaligus kakak pembimbing kalian dari gugus satu hingga tujuh” jelas sang ketua osis panjang lebar
“perkenalkan saya maria kakak pembimbing di gugus satu” ucapnya memperkenalkan diri dengan ramah
“saya simon kakak pembimbing di gugus lima, salam kenal” ucap anggota osis lainnya memperkenalkan diri
“huh bosan lama banget sih perkenalan diri doang” rajuk ku dengan cucuran keringat yang semakin deras memasahi wajah. Kini posisi berdiriku tak lagi tegak melainkan setengah membungkuk dengan wajah tertunduk karena telah bosan mendengar aktivitas perkenalan dari anggota osis yanag tak kunjung selesai.
“dan saya kakak pembimbing di gugus terakhir yaitu gugus tujuh, nama saya hendra setiawan panggil saja hendra” perkenalan terakhir dari anggota osis ini menuai bisikan dari orang-orang yang berada di sekitarku entah apa yang mereka bicarakan. Aku pun lantas mendongkakkan kembali wajahku untuk melihat ke arah kanan dan kiri ku lalu ke arah anggota osis itu.
“pantas saja berisik! Ga bisa liat pria bening sedikit! Dasar perempuan!” cibirku lalu kembali keaktivitas awal membungkukkan badan dengan wajah tertunduk.
“Perkenalan dari anggota osis SMA Harapan Jaya telah selesai , mohon kerja samanya dari kalian semua agar MOS ini berjalan dengan baik dan lancar. Silahkan kalian ikuti kakak pembimbing dari gugus masing-masing untuk memasuki ruang kelas” sambutan terakhir dari sang ketua osis lalu mempersilahkan kami untuk memasuki ruang kelas
“selamat datang di gugus tujuh , seperti yang saya bicarakan tadi saya adalah kakak pembimbing di gugus ini. Sekarang saya akan memberi tahu peraturan MOS kalian mulai hari ini hingga enam hari kedepan” jelas sang kakak pembimbing dengan ramah tak lupa dengan menebar senyumnya.
“Dari tadi sambutan mulu bete deh! Pake senyum-senyum lagi tuh kakak pembimbing tebar pesona banget” gumamku melihat tingkah hendra si kakak pembimbing gugus tujuh.
Lalau kami dipersilahkan untuk memperkenalkan diri masing-masing beserta asal sekolah SMP kami. Setelah sesi perkenalan mulailah sesi games dengan menyanyi di depan kelas, bergoyang di depan kelas dan games-games lainnya yang menurutku sudah sangat basi. Sialnya aku kena sesi games ini karena tak dapat menjawab pertanyaan dari kakak pembimbing, sebagai hukumannya kakak pembimbing ku membawa aku ke ruang kelas sebelah yang merupakan gugus lima.
“hallo semua.. kakak dari gugus tujuh nih bawa teman kalian yang kena hukuman, katanya dia mau nampilin bakatnya disini lihat aksinya ya” kakak pembimbing ku menjelaskan kedatangannya di depan kelas aku sangat muak melihat tingkahnya.
“kamu mau nampilin bakat apa? Nyanyi? Nar..” belum selesai dia berbicara sudah langsung kupotong pembicaraanya
“karate!” jawabku cepat dengan posisi kuda-kuda yang sudah siap
“silahkan.. tunjukan bakatmu” ucapnya dengan gaya seperti pembawa acara di ajang pencarian bakat dan lagi-lagi dia membuatku muak.
‘bikin malu aja! Heum rasain loh!’ kataku dalam hati lalu menyeringai
“haiikk.. taassh..tasshh..DAASSSHHH”
“ups” kataku dengan satu tangan  ditempelkan tepat di mulut.
“aw.. ka-karate mu he-hebat ju-juga ya” ucap kakak pembimbingku terbata-bata menahan sakit diperutnya akibat tendangan yang barusan ku layangkan.
‘YES!’ Aku menyeringai senang tanda kemenangan ada di tanganku niatnya mungkin tadi ia akan membuatku malu di depan umum namun malah dia yang ku permalukan. Namun para wanita yang bersarang di gugus lima ini nampaknya tak senang dengan perlakuanku barusan terlihat dari tatapan mengerikan yang mereka berikan padaku. Masa bodoh aku tak peduli.
“yeay hebat hebat!” ucap salah seorang penghuni gugus lima ia bangun dari duduknya lalu brtepuk tangan.
‘baru begitu saja sudah heboh apalagi ku keluarkan jurus andalan, benar-benar norak’gumamku dalam hati dengan menaikkan satu alisku. Tanpa menunggu intruksi dari kakak pembimbing, aku segera keluar dari gugus lima.
 Oh ya aku hampir lupa memperkenalkan diri namaku Liliyana Natsir biasa dipanggil butet aku anak dari Papa Beno dan Mama Olly aku mempunyai kakak dia sangat menyebalkan karena hobinya adalah KEPO namanya Calista walau kami sama-sama perempuan tapi aku rada melenceng sedikit dari kakak ku bukan melenceng dalam arti kata negatif loh ya tapi dandananku yang rada melenceng karena aku lebih mirip seperti laki-laki maklum mama dulu memang menginginkan seorang anak laki-laki jadi jangan salahkan aku jika aku tomboy. Ya.. hitung-hitung mengobati kekecewaan mama yang menginginkan seorang anak laki-laki. Menurut teman-teman aku adalah seorang gadis tangguh bagaiman tidak aku bisa mengerjakan semua yg  biasa dilakukan oleh anak laki-laki seperti main bola bahkan aku selalu menjadi kapten tim bola disekolahku dulu, memanjat pohon mangga kesukaanku dan masih banyak lagi.
Hoaaaaaaam...  Alarm dikamar sukses muambutku bangun dari persinggahan di pulau kapuk alias kasur. Aku bangun dengan langkah sempoyongan bergegas untuk segera ke kamar mandi. Hari ini merupakan hari pertamaku menjadi siswi di SMA  Harapan Jaya serangkaian MoS telah ku lewati mulai dari hari pertama hingga hari ketujuh. Rasa malas menggelayutiku  saat akan mengenakan seragam karena aku masih sangat ngantuk maklum semalam aku baru saja begadang menton liga inggris namun aku baru sadar aku tak boleh berlama-lama lagi ketika tak sengaja mataku menangkap jarum pendek jam berada ditengah-tengan antara angka enam dan angka tujuh serta jarum panjang berada tepat diangka enam dan itu pertanda... Oh tidak! aku akan terlambat datang ke sekolah.
“hah? sudah jam 06.30? mati saja kau tet” ucapku pada diriku sendiri sambil menatap cermin untuk merapihkan jambul kesayangan. Lalu aku begegas menuruni anak tangga untuk berpamitan pada mama
“ya ampun dek mama kira kamu sudah berangkat, udah siang ini ayo cepat sarapan dulu” ucap mama lalu menyuruhku untuk sarapan bersama.
“nggak ma, udah siang banget ini nanti aku telat. Aku berangkat ya” kataku lalu meminum beberapa teguk susu yang mama siapakan di meja makan hitung-hitung menghargainya. Cepat-cepat aku melangkahkan kaki keluar.
“eh dek tunggu, ini kunci mobilnya gak di bawa?” mama berteriak menahanku
“aku bawa motor ma, kalo pake mobil pasti macet ga bisa selap-selip hehe” aku menoleh kebelakang sambil cengengesan
Dengan cepat kulajukan motor Ninja Merah 250cc milikku. Pasti kalian bertanya-tanya mana bisa membawa motor ninja menggunakan rok tentu saja tidak aku mengenakan celana olahraga seperti saat SMP ku dulu dan begitupun dengan hari ini. Jalanan bundara HI yang merupakan jalan utama menuju sekolahku macet total sama sekali tak bergerak. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 kurang 15 menit aku hanya mempunyai sisa waktu 15 menit lagi untuk sampai ke sekolah akhirnya aku memutuskan untuk melewati jalan tikus meskipun menjadi lebih jauh aku tak perduli. Yang penting aku bisa sampai tepat waktu. Ketika diperempatan jalan motorku oleng ke kiri alhasil aku jatuh tepat ke kubangan jalan.
 “hey!! Berhenti! Bisa bawa mobil ga sih!” teriakku pada pengendara mobil BMW, lalu mobil itupun berhenti.
“ heh bawa mobil tuh hati-hati dong! Lihat kanan-kiri jalan jangan asal ngebut! Baju gue kotor nih!” kataku menegur pengendara mobil itu sambil mengetuk-ngetuk kaca mobilnya.
Si pengendara mobil hanya membuka setengah kaca mobilnya lalu berkata “sorry gue lagi buru-buru, nih buat ganti baju lo yang kotor” ucapnya sambil memberikan lembaran uang seratus ribu. Lalu mobil itupun melesat pergi begitu saja.
“menyebalkan sekali! Dia pikir dia siapa bisa seenaknya! Lihat saja ya kalau sampai aku tau siapa dia, habis kau!” makiku pada si pengendara mobil tadi.
Segera aku melajukan motorku menuju sekolah karena waktuku tak banyak, hanya tinggal 8 menit lagi. Dan tepat pukul 07.00 aku sampai di depan gerbang sekolah, namun saat motorku akan masuk ke dalam gerbang, dari arah kanan dengan kecepatan tinggi sebuah mobil menyenggol body motorku yang berniat akan memasuki gerbang sekolahku juga.
‘sial! Lagi..lagi..dan lagi! Bisa-bisa motor gue rusak kalo begini! Eh.. ituu..’ rajukku dalam hati, lalu ucapanku terhenti saat melihat sesuatu yang tak asing dari mobil itu.
“B- 1-2-0-W-1-K-5- T” aku mengeja plat mobil yang baru saja menyenggol body motorku.
“tidak salah lagi! Dia yang tadi nabrak di perempatan jalan! Rupanya dia sekolah disini juga, mati kau!”  kataku penuh semangat lalu turun dari motor untuk menghampiri si pengendara mobil.
“heh punya nyali berapa lo cari masalah sama gue?”
“ Lo kan yang di perempatan jalan tadi?” ucapnya sambil menunjukku dengan membuka setengah kaca mobilnya.
“baguslah kalo lo masih ingat! Ada masalah apa lo sama gue sampai-sampai nabrak gue dua kali hah?” ucapku kesal.
“idih siapa juga yang cari masalah sama lo! Kenal aja enggak!” ucapnya membuang muka.
“lo itu nyebelin ya!” aku mencengkram kerah bajunya bersiap akan melayangkan pukulan namun satpam sekolah melerai kami.
“ada apa sih kalian ini, sudah berangkat siang malah berdebat di depan gerbang! Sudah pukul 07.00 cepat masuk gerbang akan segera ditutup!” ucap sang satpam sambil memelototi kami berdua.  Setelah aku memarkirkan motor, cepat-cepat aku pergi ke kamar mandi untuk segera mengganti celanku dengan rok lalu aku masuk ke dalam ruangan yang bertuliskan X-3 yang tak lain dan tak bukan adalah ruang kelasku.
“selamat pagi bu, maaf saya terlambat” ucapku memberi salam ketika memasuki kelas.
“baru hari pertama sekolah sudah terlambat! Kamu niat ke sekolah apa tidak? Berantakan sekali!” sang guru menatapku tajam dari ujung rambut hingga ujung kaki
‘sial! Aku kotor sekali. Sangat berantakan!’ gumamku dalam hati dengan menirukan gaya guruku itu
“maaf bu, tadi saya kece...” belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku datang seseorang yang menyanggah ucapanku dari ambang pintu.
“mah-maafh buh, maaf saya telat” ucapnya dengan deru nafas yang sangat jelas terdengar.
“loh? Lo kan.. yang tadi! Ngapain lo kesini? Ngikutin gue ya lo?!” dengan spontan aku membentaknya.
“idiih! Lo kali yang ngikutin gue!” ucapnya kemudian menirukan gayaku yang sedang menunjuknya.
“heh! Yang duluan kesini itu gue! Jadi jelas lah lo yang ngikutin gue!” kataku dengan memamerkan mata yang sengaja ku buka lebar-lebar.
“bu.. ini orang yang buat saya telat bu, bikin baju saya kotor, body motor saya lecet, bikin saya berantakan, dia yang bikin kecelakaan bu!” cerocosku berharap dapat simpati dari sang guru.
“eh apaan! Kenapa jadi gue? Lo juga salah kali, belok di perempatan tiba-tiba gitu. Dia bu yang salah bukan saya!” dia menjelaskan rentetan kejadian tadi dengan isyarat tangan yang dibuat miring ke kiri lalu ke kanan.
“SUDAH! SUDAH! BERHENTI KALIAN SEMUA!” wajah guruku memerah dan mulai nampak ada tanduk dikepalanya tanda ia mulai kesal dengan ulah kami. (kalau di film-film ceritanya bu gurunya teriak sampai-sampai meja sama kursi goyang-goyang saking cetarnya teriakan tuh guru ehehe *abaikan)
“kalian ini baru datang sudah bikin ulah! Buat gaduh saja! Ayo push up!” ucapnya lagi lalu memeberi hukuman pada kami.
‘semua ini gara-gara lo! Pembawa sial dasar’ gumamku dalam hati sambil meliriknya sebentar lalu menjalankan yang disuruh oleh guruku.
“sudah cukup push up nya, ayo cepat duduk. Pelajaran akan segera dimulai” guruku mempersilahkan kami untuk duduk lalu menunjuk dua kursi kosong  dengan satu meja yang sama.
“apa? Gue harus duduk satu meja bareng lo? Ah pasti sial terus gue” ucapku sambil mengacak-ngacak rambut jabrik kesayanganku.
“heh lo pikir gue mau duduk bareng lo? Ogah!” cerocos orang menyebalkan itu.
“hey! Kalian ini kenapa sih?! Kalian tidak mau duduk berdua? Suruh siapa kalian datang terlambat kursi yang tersisa hanya itu. sudah cepat duduk sana!” guruku nampaknya mulai kesal kembali lagi-lagi karena ulah kami.
Hmm.. mau tak mau aku harus duduk juga dengan manusia menyebalkan ini. Sepertinya aku harus sering-sering cek kedokter karena aku yakin seminggu saja aku duduk dengannya bisa-bisa tensiku tinggi. Ah menyebalkan. Saat aku tengah fokus mencerna materi dari guru yang sedang menerangkan pelajaran, disebelah kananku terlihat sangat rusuh.
“heh.. heh.. gue liat catatan lo dong, tulisan bu firda ga jelas banget tuh” ucap seseorang di sebelahku.
Tanpa berkata sepatah katapun bahkan melirikpun tidak aku menyodorkan catatan milikku.
 “heh..heh.. gue pinjem pulpen dong, pulpen gue abis nih” ucapnya lagi sambil menyikut lenganku.
Lagi, tanpa berkata sepatah katapun bahkan melirikpun tidak aku menyodorkan bolpoin milikku.
“heh..heh.. gue pinjem tip-x dong, gue lupa bawa tip-x” ucapnya lagi kini dengan menatapku sambil menopang dagunya .
Lagi dan lagi tanpa berkata sepatah katapun aku menyodorkan tip-x milikku namun kini sambil menatapnya dengan tatapan mematikan bermaksud agar dia berhenti melakukan aktivitas meminjam barang-barang milikku. Namun beberapa saat kemudian...
“heh..heh.. gue pinjem.....” belum sempat ia menyelesaikan perkatannya sudah ku potong. Kesabaranku habis.
“ASTAGA! Mau lo apa sih? Ambil tuh catatan gue, pulpen gue, tip-x gue, penghapus gue, penggaris, semua! Ambil tuh semua sama lo! Rese banget sih ganggu aja lo!” kesebaranku habis.  suaraku meninggi. Aku membentaknya sambil memukul meja, dan aku tak menyadari kalau ini berada di dalam kelas, tentu saja membuat gaduh.
“aw! Sakit!” pekikku sambil mengelus-ngelus dahi yang terasa berdenyut akibat penghapus yang bu firda layangkan tepat ke arahku.
“kalian berdua lagi! Kalian berdua lagi! Seperti kucing dan anjing saja! Siapa sih kalian?” guruku bermonolog  terlihat sangat frustasi akibat ulah kami sambil melihat daftar absensi untuk melihat nama kami berdua.
“push up dari saya tak cukup memberikan efek jera ternyata, kalau begitu cepat kalian keliling lapang 10 putaran. Ayo cepat liliyana natsir dan tontowi ahmad!” ucap guruku yang terlihat sangat menakutkan.
‘sudah yang kelima kalinya gue sial gara-gara lo! Liat saja pembalasannya nanti!’ gumamku dalam hati sambil mendelik orang yang menyebalkan itu sebelum aku keluar kelas untuk mulai melakukan perintah dari guruku.
Setelah kami selesai lari 10 keliling lapangan, kami memutuskan kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran namun SIALnya lagi kami tidak diperbolehkan mengikuti 2 jam pelajaran bu firda katanya ini sebagai hukuman beruntun agar kami tak melakukkan kegaduhan lagi nantinya.
‘belum satu hari duduk dengannya saja aku sudah tertimpah beberapakali kesialan apalagi untuk besok? Lusa? Satu minggu kemudian? OH TIDAK!” rajukku dalam hati lalu mengacak-ngacak rambut jabrikku itu yang memang selalu aku lakukkan ketika aku merasa kesal.
Lalu aku pun pergi sengaja meninggalkannya, aku pergi ketaman biotik untuk menyegarkan sedikit otakku sambil menonton para kakak kelasku yang sedang berolahraga. Ya.. aku tak mau berlama-lama lagi bersama orang menyebalkan ini, setidaknya dengan bu firda tidak membiarkan kami masuk ke kelas ada untungnya juga 2 jam aku tidak harus bersama dengan orang freak itu. ditengah-tengah keasyikanku  menontoni kakak kelas yang tengah berlaga menggocek bola kesan-kemari datang seseorang yang tiba-tiba duduk disebelahku.
“hai.. muka lo mumet banget, gara-gara gue ya? sorry deh sorry” ucapnya membuka keheningan diantara kami.
Aku menoleh ke sebelahku ‘sial! Lo lagi!’ kesalku dalam hati sambil menatapnya tajam.
“sorry deh gue bikin lo sial terus ya?” ucapnya lagi.
Aku tak menjawab pertanyaanya, aku bangkit dari dudukku lalu pindah ke tempat yang lebih jauh untuk menghindar darinya.
“hei.. gue janji gak akan buat ulah lagi kok, jawab dong!” dia menghampiriku lagi seolah ingin membangunkan macan yang sedang tertidur, lalu melambai-lambaikan tangannya tepat di dedapan wajahku.
“LO ITU.. NYEBELIN BANGET SIH! MAU LO APA?!” tingkat kesabarnkku sudah sangat menipis aku melotot dengan wajah yang nampak seperti singa akan menerkam mangsanya.
“eits.. jangan galak-galak dong liat tuh kepala lo” ucapnya serius menatap kepalaku
“kenapa sama kepala gue hah? ga suka lo?!” lagi-lagi aku membentaknya urat leherku rasanya mau putus.
“bukan, kepala lo ada asapnya tuh” ucapnya sambil menaruh botol berisi minuman dingin diatas kepaku seperti sedang mengompres.
“nah sekarang asapnya sudah hilang, udah ya jangan marah-marah lagi. Maafin gue ya” ucap laki-laki menyebakan itu tersenyum lalu menyodorkan minuman yang ia pakai untuk mengompres kepalaku tadi.
“ini, ayo minum. Lo pasti haus kan? Nih buat lo” ucanya lagi ramah lalu tersenyum.
“kalaupun gue haus gue bisa beli sendiri!” aku memalingkan wajah lalu merogoh saku bajuku untuk segera pergi lalu membeli minum.
‘ya ampun, uang gue kan ada di tas’ gumamku dalam hati sambil menepuk jidat.
“kenapa? Uangnya ada di tas ya?” ucapnya, dia seperti paranormal yang dapat mengetahui pikiran orang lain.
‘gengsi kali gue udah bentak-bentak dia terus gue ambil gitu aja minuman yang dia kasih, tapi.. haus banget’ rutukku dalam hati lalu menelan ludah ketika melihat tetesan embun yang mengelilingi botol minuman menyegarkan itu.
 “Udahlah gengsinya ditinggal dulu, lo minum nih.. emm.. enak loh seger” dan lagi-lagi ucapannya tepat seperti apa yang sedang ku pikirkan.
Dengan rasa gengsi yang tak kupikirkan lagi dengan cepat aku menyambar botol minuman yang sedari tadi kuanggurkan. Sepersekian detik minuman dibotol itupun telah lenyap, habis hingga tetesan terakhir.
“ya ampun lo haus apa doyan? Cepet banget udah habis lagi haha” ucapnya tertawa melihat tingkahku.
“kenapa? Masalah buat lo? Tenang aja nanti kalau udah diboleh masuk kelas uang lo gue ganti!” ucapku masih membentaknya sebenarnya sih untuk menutup malu atas gengsi yang tadi tak kuhiraukan.
“jutek banget sih lo, oh iya kita belum kenalan. Gue tontowi panggil aja owi lo siapa?” katanya lalu mengulurkan tangan mengajak bersalaman.
“lo ga denger bu firda manggil gue tadi siapa? Budek lo?” bukan menjawabnya aku malah berbalik menanyainya.
“yaelah, gue ga budek! iya gue tau lo liliyana kan? Liliyana Na-na..na.. Nasar ya?” Ucapnya menebak-nebak
“Nasar itu penyanyi dangdut! Jayus lo” ucapku yang tahu kalau dia ingin membuatku tertawa atas pelesetannya. Namun tak berhasil.
“jayus itu, itu loh jayus tambunan” ucapnya lagi.
“apaan sih lo ga lucu, basi banget lawakan lo” ucapku dingin, sambil terus menonton jalannya pertandingan futsal kakak kelasku.
“yaudah mangkanya nama lo siapa? Kan kalau gue panggil liliyana kepanjangan” ucapnya.
“butet, panggil aja gue butet” kataku tanpa menoleh ke arahnya.
“bhahaha butet? Aneh banget sumpah nama panggilan lo konyol bhahaha ga ada nyambung-nyambungnya sama nama asli lo” tawanya pecah saat tahu nama panggilanku butet.
“BRUGH”
“gue udah coba tahan sama sikap lo yang super nyebelin dari awal diperempatan jalan tadi ya! Kesabaran ada batasnya! Lo bakalan tahu kalau mau main-main sama gue!” ucapku setelah berhasil mendaratkan pukulan tepat diarah perutnya yang memebuat dia meringis kesakitan.
“aw! Pukulan lo hebat juga! Kenapa ga jadi atlet karatre aja lo, hey! Hey! Gue lagi ngomong sama lo ya heeey!” dia terus-memanggil-manggil namaku sepeninggal aku pergi.
“teeet teeet teeet” akhirnya bel pun berbunyi itu tandanya aku boleh meninggalkan sekolah. Ketika aku akan ganti rok sekolahku dengan celana olahraga aku baru ingat kalau celana olahragaku kotor sekali akibat insiden tadi pagi tidak mungkin aku pulang dengan celana seperti itu tapi jika aku memaksakan menggunakan rok sekolah tidak mungkin juga karena pasti tidak nyaman.
“akh..! bagaimana ini?” aku mengacak rambutku sendiri.
“oh iya! Aku tau!” akupun memetikan jari.
Aku menyusuri setiap lorong kelas berharap menemukan sosok yang kucari, aku berjan beberapa langkah lagi menyusuri kantin sekolah tak kutemukan juga yang sedari tadi ku cari-cari. Dan ketika aku memutuskan untuk mencarinya di taman biotik akhirnya terlihat juga.
“heh!” ucapku pada seseorang yang memunggungiku.
“heh! LO BUDEK YA?!” ucapku lagi kini berteriak tepat di kupingnya.
“kalau manggil nama orang yang sopan ga perlu teriak-teriak gue gak budek kok dan satu lagi nama gue owi bukan ‘HEH’ ngerti?” ucapnya dengan tampang dibuat semanis mungkin sambil membekam mulutku.
“apaan sih lo, lepasin” aku berontak.
“sini celana lo” tanpa basa-basi aku langsung meminta celananya.
“maksud lo apa sih? Datang teriak-teriak terus tiba-tiba minta celana gue, sakit lo?” ucap lelaki itu sambil menaikan satu alis tebalnya.
“lo yang sakit! Lo lupa? Atau amnesia? Tadi pagi lo nabrak siapa di perempatan jalan sampai itu orang jatuh ke kubangan dan celananya kotor semua. Lupa lo hah?” ucapku geram.
“ohahaha” ia pun tertawa tanpa terlihat bersalah “ jadi itu sebabnya lo dari awal jutek sama gue, emang tadi yang gue tabrak itu perempuan? Seingat gue yang gue tabrak tadi itu laki-laki deh pakai celana olahraga bukan rok sekolah begini” ia terlihat sedang berfikir
“iya yang lo tabrak itu gue! Perempuan! Dan celana gue kotor akibat tadi jatuh kekubangan gara-gara lo! Dan sekarang... lo ngerti kan harus ngapain?”
 “ma-maksud lo?”
“gue mau pulang dan gue gak mungkin pulang pakai rok soalnya gue bawa motor dua kali lipat lebih besar dari motor biasa”
“jadi.. maksud lo? Mau pakai celana gue sebagai ganti celana lo yang kotor? Kalau lo pakai celana gue, gue pakai apa?”
“Bukan urusan gue! Cepat sini celananya!”
“ta-tapi.. apa kata orang nanti kalau gue gak pakai celana?”
“yaudah lo pakai rok gue gue aja sih ribet banget! Cepat sini celananya!”
“apa kata orang nanti kalau gue pakai rok? Enggak ah enggak!”
“mau bogem atau pakai rok?” ucapku dengan memamerkan tangan yang ku kepal bersiap menerkamnya.
“apa gak ada pilihan lain? Gue beliin lo celana dulu deh di mall”
“enggak ah enggak! Kelamaan!”
“yaudah kalau lo susah buat bawa motor pakai rok lo pulang bareng gue aja deh. Motor lo biar nanti temen gue yang bawa dan anterin ke rumah lo”
“OGAH!”
“ya ampun tet pleas ngertiin gue dong, gak mungkin gue pakai rok dilingkungan sekolah kayak begini nanti kalau kepala sekolah lihat lo bakal kena juga” ucapannya sukses membuatku berfikir  dua kali kata-katanya ada benarnya juga jika kepala sekolah melihatnya tentu akan muncul masalah baru lagi. Ini baru hari pertamaku sekolah aku tak mau membuat onar lagi akhirnya dengan berat hati aku pulang bersama orang menyebalkan ini. Dan ditengah perjalanan aku baru sadar kalau ini bukan jalan menuju rumahku.
“ini kan bukan arah ke rumah rumah gue, dari tadi gue udah bilang kan setelah perempatan belok kiri bukannya lurus”
“emang kita bukan mau kerumah lo kok” ucapnya enteng membuatku panik setengah mati.
“heh! Lo mau bawa gue kemana? Jangan macem-macem ya lo!” ucapku mengancamnya untuk menutupi rasa takutku.
‘Jangan-jangan dia mau menyekapku dalam sebuah gudang, atau melemparku kesungai atauuu memutalisiku menjadi beberapa potongan aaaa tidaak’
‘mungkin tadi disekolah ketika aku membentak-bentaknya dia diam saja karena sudah merencanakan ini’
‘tuhan tolong aku’ aku membayangkan apa yang akan terjadi nanti dan aku terus berdoa berharap semua yang kubayangkan tidak benar.
TBC
Akankah terjadi yang dipikran oleh butet? Dan kira-kira butet mau dibawa kemana ya sama owi?
Tunggu part selanjutnya...