Author : Isnaeni Septiani (@isnaseptian)
“Hey kita mau kemana sih jangan
sampai gue telfon polisi ya!” aku terus mengusik aktivitasnya yang sedang
menyetir. Namun dia tak menjawab hanya menatapku sebentar lalu beralih lagi
memperhatikan jalan.
“Nah sudah sampai.. Ayo..”
ucapnya antusias.
“Kita mau kemana sih?” tanyaku
lagi yang tak kunjung mendapat jawaban.
“Ssssttttt kau ini berisik sekali,
ayo cepat mereka sudah tidak sabar” owi menarik lenganku agar aku segera
mengikutinya. Dan aku baru sadar kalau ternyata sepanjang perjalanan kami
berdua bergandengan tangan layaknya sepasang kekasih pantas saja setiap orang
yang bertemu denganku menatap kami iri.
“Hey lepaskan!” aku menarik
lenganku dari genggamannya.
“He? Iya maaf-maaf, cepatlah
sedikit kau ini bukan putri solo’kan?”
“Sabar sedikit akukan pakai rok
aku tak biasa mengenakannya, kau bawa aku ketempat ini mau apa?”
“Aku heran kenapa bisa kau lulus
dari sekolah SMP mu dulu, meluluskan wanita lemot sepertimu”
“Hey jaga mulutmu! Maksudmu apa?”
“Kau tidak melihat ini?” kini owi
menunjuk salah satu papan yang berada tepat diatas bangunan klasik ini. Akupun
menengadah untuk melihat isi dari tulisan tersebut.
“R-E-S-T-O-R-A-N-S-I-A-P-S-A-J-I”
aku mengeja kata yang bertuliskan dipapan itu.
‘Oh jadi ini rumah makan sama
sekali tidak nampak seperti rumah makan benar-benar bangunan klasik yang tua
dan nampak menyeramkan’
“Ayo masuk tunggu apa lagi? Kau
senang sekali ya membuang waktu” ucap orang yang menyebalkan ini.
“iya-iya berisik sekali sih!” aku
dan owi masih canggung kadang kami berbicara gue-lo atau kadang aku-kamu-kau
dan sebagainya. Biarlah tidak penting juga.
Lalu akupun mengekor
dibelakangnya mengikuti langkah-demi langkah hingga sampai di meja rostoran
yang sepertinya sudah dipesan oleh owi. Dugaanku tentang restoran ini
menyeramkan ternyata salah justru setelah aku masuk kedalam susananya begitu
nyaman para pelayan restoran tersebutpun ramah-ramah dengan menebar senyum
kepada setiap para konsumen.
“Hey dari tadi bengong terus”
ucap owi yang duduk berhadapan denganku.
“Tenang-tenang aku yang traktir kok, hitung-hitung sebagai
permintaan maafku” ucapnya lagi lalu tersenyum
Aku mengangkat alisku lalu
berkata “Cih, jadi ini semua hanya sogokan untuk kau mendapatkan maaf dariku?
Jangan harap!” ucapku penuh penekanan.
Owi menunduk dan mulutnya seperti
sedang berkomat-kamit meski suaranya nyaris tak terdengar namun karena radar
telingaku diatas rata-rata sedikit dari komat-kamitnya dapat kudengar dengan
jelas, ia berkata “Perempuan memang
ribet!”
“Bicara apa kau? Aku dengar!”
ucap ku sedikit menaikan nada suaraku sontak owi menengadah lalu tersenyum dan
menggelengkan kepalanya menandakan bahwa ia tidak sedang membicarakan apapun.
“Nah, makanannya sudah datang.
Wajahmu jangan dilipat terus dong sudah jelek makin jelek” ucap manusia super
menyebalkan ini lalu diikuti dengan cekikikannya.
‘Aaaarrgghh benar-benar
menyebalkan makhluk ini’ gumamku dalam hati sambil meremas-remas jariku lalu
memberikan tatapan mematikan padanya.
“Haha maaf-maaf, tau tidak? Jika
wajahmu dibuat seperti itu mirip macan yang siap menerkam mangsanya loh haha”
owi terus meledek setiap apa yang ku lakukan.
Kesabaranku habis aku menggebrak
meja hingga manusia didepanku ini menghentikan aktivitasnya “DIAM ATAU KU
PATAHKAN TULANG LEHERMU!” ucapku dengan emosi yang menggebu.
“Sssstttt jangan berisik” manusia
ini segera membekam mulutku lalu menundukkan kepalanya kepada para pengunjung yang
berada dalam restoran menandakan bahwa ia meminta maaf atas kegaduhan yang
kubuat.
“Kau bisa lebih anggun sedikit
tidak sih jadi perempuan?” tanyanya masih dengan membekam mulutku. Akupun
lantas menggigit tangan yang ia gunakan untuk membekam mulutku itu.
“Aw! Kau kelaparan?! Ini dimeja
makan sudah tersedia makanan yang enak-enak masih saja menggigit lenganku.
Dasar rakus!” pekiknya kesakitan dengan spontan ia melepas bekaman dimulutku
lalu beralih meniupi lengannya yang baru saja ku gigit sambil terus menggerutu
sendiri.
“Yasudah cepat makannya, mau
tunggu siapa lagi? Aku mau pulang!” ucapku tanpa menatapnya.
“Tunggu siapa lagi? Maksudmu?”
ucapnya dengan mulut yang penuh dengan makanan yang berceceran dimana-mana.
“Tadi waktu didepan kau bilang
‘mereka sudah tidak sabar’ nah mereka itu siapa? Dasar lemot!” jawabku
asal-asalan.
“Hahaha maksudmu ini?” owi
menunjuk perutnya aku hanya mengangkat satu alisku “Iya. Yang sudah tidak sabar
itu ini cacing-canging diperutku” ucap owi lagi sambil tertawa lalu menatapku
berharap aku akan ikut tertawa juga namun aku hanya buang muka karena menurutku
itu sama sekali tidak lucu.
Aku memilih diam, mataku memang
menatap makanan yang berada di meja makan namun pikiranku melayang-layang entah
kemana.
“Sampai matamu copotpun kau tak
akan kenyang jika makanannya hanya dilihat saja” ucap manusia menyebalkan ini
mengusik lamunanku.
“Selera makanku sudah hilang,
cepat sedikit. Aku mau pulang!” ucapku sambil menampakkan wajah sangarku.
Owi mengangguk-anggukan kepalanya
lalu berkata “Kalau begitu kau tidak bisa pulang!”
“Maksudmu apasih? Cepat! Aku mau
pulang! Kalau tidak aku akan teriak!” ucapku berusaha mengancamnya.
“Teriak saja paling kau dianggap
gila oleh semua orang” ucapnya enteng lalu melanjutkan aktivitas melahap nasi
gorengnya itu dengan tidak manusiawi.
‘Ih benar-benar menyebalkan
manusia ini! Kalau saja urat maluku sudah putus akan ku cabik-cabik wajahmu
sekarang juga! ’ rutukku dalam hati kepalaku mungkin sekarang benar-benar sudah
berasap.
“Yasudah apa maumu sekarang?”
akhirnya aku mengalah karena dia semakin menjadi-jadi aku malas meladeni manusia
tipe seperti ini.
“Makan makananmu! Aku beli pakai
uang loh bukan pakai daun, sayang kalau tidak dimakan!”
“Bungkus saja untuk nenekmu
dirumah”
“Nenekku di banyumas”
“Yasudah untuk adikmu saja”
“Aku anak tunggal”
”Untuk papa mu saja kalau begitu”
“Ayahku tidak disini, dia
disingapur”
“IH YASUDAH UNTUK MAMA MU KEK!”
“Mamaku sudah tidak ada! Kau ini
disuruh makan susah benar sih?! malah mengorek-ngorek keluargaku!” ucapnya kini
dengan nada bicara yang dinaikan satu oktaf lebih tinggi dari biasanya.
Ya sedikit rasa bersalah tentu
ada dibenakku maka dari itu aku mengikuti apa yang diperintahkan makhluk
menyebalkan itu melahap makanan didepanku yang sedari tadi kuanggurkan. Setelah
piring di meja makan bersih barulah kami memutuskan untuk pulang. Sebenarnya
bukan kami sih, dia, karena memang dia yang mengancamku harus menghabiskan
makananku dahulu baru dia kan mengantarku pulang.
Didalam mobil tak ada percakapan
hanya suara berisik dari penyiar radio yang sedang owi dengarkan. Aku bersyukur
karena aku tak perlu repot-repot meladeni ocehan manusia menyebalkan ini. Tak
lama kemudian ia berkutat dengan layar handphone-nya lalu menekan tombol
didepannya untuk memperkecil suara radio tersebut.
Sampai akhirnya menatapku lalu
berkata “Kita ke tempatku dulu ya”
Sontak akupun mengalihkan
pandanganku menjadi ke arahnya “Hah? mau apa?”
“Udah ikut aja dulu” ucapnya lalu
memutar balik arah.
“Ya tapi mau apa? Ini udah sore
nanti mama pasti nyariin” ucapku lugu sontak owi tertawa.
“hahaha dandanan..? wajah..?
bringas! mana mungkin tipe sepertimu masih nempel diketiak mama, aduh aduh gak
pantes” kini dia mulai meledekku lagi hingga memegangi perutnya.
“Ih! Apaan sih gak ada yang lucu!
Cepat putar lagi arahnya aku mau pulang!” ucapku sambil meraih kemudinya.
“Eh jangan sentuh! Kau mau motor
ninjamu itu kembali dengan utuh’kan?” tanyanya dengan nada mengancam. Aku hanya
menatapnya kesal.
‘Manusia ini.. benar-benar akan
membuat tensiku naik! aaaa’ rajukku dalam hati lalu memalingkan wajah.
“Sudah tak usah cemberut, sebentar
lagi setelah belokan didepan itu sampai kok” ucapnya namun takku hiraukan.
Setelah sampai ditempat yang owi
tuju kami segera keluar dari mobil, namun aku heran nampaknya ini bukan seperti
rumah owi melainkan sebuah kostan. Aku mencari tahu bahwa sebenarnya tempat apa
ini tentu tanpa bertanya pada manusia setengah iblis ini karena apabila
bertanya padanya sama saja aku mengundang dia untuk berpidato. Sampai akhirnya
pupilku menangkap sebuah papan yang bertuliskan ‘Kost Putra’ Oh tidak! Ternyata
dugaanku benar ini adalah tempat kost dan What?! Ini merupakan kost putra? mau
apa makhluk ini mengajakku ke tempat kost putra?!.
Aku menelan banyak-banyak air
ludahku, degup jantungku menari-nari oplosan ala acara di salah satu stasiun
televisi. Pikiranku terus bertanya-tanya mau apa dia mengajakku ketempat ini.
Wajahku tampak tegang. Lalu terlihat ada sosok yang menyambut kami dari arah
kiri.
“Tumben sekali kamu pulang jam segini,
kemana dulu?” tanya sesorang yang berperawakan besar pada owi.
“hahay! Dasar penjilat!
Bisa-bisanya dia meledekku tadi, ‘wajah bringas tak pantas berdiam dibawah
ketiak mama’ hello apa kabarnya denganmu?? Sama saja!” cibirku dalam hati.
“Tadi aku makan siang dulu bu
diluar hehe” ucap owi lembut. Aku yang mendengarnya serasa mual ingin muntah.
“Oh begitu pantas saja lama,
soalnya tadi ahsan kesini katanya...” belum sempat orang yang didepanku ini
menyelesaikan perkataanya sudah disambar cepat oleh owi.
“Ya ampuun bu, hampir aku lupa”
ucap owi lalu menempelkan satu lengannya tepat diarahkan kejidatnya yang
lumayan lebar. Lalu owi mengangkat tangannya untuk melihat jarum-jarum yang
berada di arlojinya “Aduh mana waktunya tinggal setengah jam lagi”
“Yasudah mending sekarang kamu
mandi gih jadi kalau ada ahsan tinggal berangkat” ucap wanita yang berperawakan
lumayan besar ini yang kutangkap ia sepertinya merupakan ibunya owi.
“Em kalau begitu ibu ajak dia
masuk saja dulu ya bu” ucap owi yang nampak sibuk sendiri lalu ia segera
berlari memasuki kamar kost tersebut.
“Hey! Aku mau pulang!” teriakku
pada owi aku tak memikirkan seseorang yang ada dihadapanku.
Mendengar teriakanku yang
membahana ia kembali lagi lalu berkata padaku “Tet sebentar ya aku mandi dulu
pleass” ucapnya lebih tepat seperti sedang memohon sesuatu agar dikabulkan. Aku
hanya mendelikan mataku dan secepat kilat owi telah menghilang dari hadapanku.
Sekarang tinggal aku dan seorang
ibu yang berperawakan besar itu lalu ia menyuruhku memasuki kamar kost owi.
Awalnya aku berpikir negatif tentang perempuan yang ada dihadapanku ini namun
ternyata dia merupakan sosok yang baik dan ramah aku dilayani bak tamu spesial
ia menjamuku dengan berbagai macam makanan dan berbagai macam minuman. Aku curiga
dia mempunyai saku ajaib doraemon.
“Oh iya namamu siapa nak?” sang
ibupun lalu memulai percakapannya dengan menanyakan namaku.
“Lili bu liliyana natsir tapi
panggil saja butet” jawabku ramah.
Sang ibu tertawa kecil aku tak
mengerti apa yang membuatnya tertawa padahal setauku aku tidak sedang melawak,
mungkin karena wajahku terlalu lucu. “Nama panggilanmu lucu juga ya tidak ada
sangkut pautnya dengan nama aslimu hehe” ucap sang ibu lagi-lagi dengan
tawanya.
‘Sial! Jadi ini yang membuatnya
tertawa’ rutuku dalam hati, namun aku hanya tersenyum untuk sekedar menghargai
ucapannya.
“Oh iya nama ibu linda tapi ibu
belum terlalu ibu-ibu juga sih ya panggil saja tante, tante linda” ucap sang
ibu dengan pedenya dan untuk yang ketiga kalinya lagi-lagi sembari tertawa.
‘Mamanya owi benar-benar centil’
gumamku dalam hati.
“Iya tante” jawabku ramah.
Setelah itu tak ada percakapan lagi kami masing-masing fokus pada layar
televisi.
Sampai akhirnya sang ibu memecah
keheningan dengar bertanya “Kamu pacarnya owi ya?” tanya sang ibu membuatku
tersedak saat tengah mencicipi jamuan yang diberikannya.
“OHOK..UHUK..OHOK..” aku terbatuk-batuk
sembari memukul-mukul dadaku sendiri.
“Aduuh nak pelan-pelan dong
makannya, pertanyaan tante terlalu mengejutkan ya? hehe” ucapnya sambil
menyodorkan satu gelas air putih. Lalu ku teguk air putih itu sampai habis tak
tersisa. Kerongkonganku serasa kering mendengar pertanyaan yang baru saja
dilontarkannya.
Karena tak kunjung kuberi jawaban
sang ibupun bertanya kembali “Benar ya kamu pacarnyanya owi?” tanyanya
sumringah.
“Bu-bukan tante bukaaan!” jawabku
cepat.
“Tidak usah berbohong, santai saja.
Benar’kan?” tanyanya lagi.
‘Ih maksa banget sih mamanya owi,
mana mau aku pacaran dengan manusia setengah iblis itu’ rutukku dalam hati.
“Bukan tante, aku hanya teman
sekelasnya owi” jawabku dengan menampakkan wajah kesalku bagaimana tidak
mamanya owi memaksaku untuk berkata ‘iya’.
“Oh begitu, tapi selama ini owi
itu belum pernah membawa teman perempuannya kesini loh..” ucap sang ibu
menghentikan perkataannya sebentar lalu melanjutkannya kembali “Mungkin kamu
wanita spesial bagi owi”
“Spesial? Nasi goreng kali tan
spesial” ucapku asal-asalan sebenarnya malas sih meladeni percakapan yang tidak
penting ini apalagi menyangkut manusia setengah iblis itu namun ya karena aku
sedang berbicara dengan orang tua mau tak mau lah aku ladeni.
“Haha bisa saja kamu” tawa sang
ibu lalu mendaratkan pukulan kecil dipahaku.
“Kamu mau tau tidak hal terparah
yang pernah dilakukan owi? Tante jika ingat hal itu selalu ingin tertawa”
ucapnya lagi menawarkan pertanyaan yang menarik.
‘Bagus juga ini mamanya owi, wah
bisa jadi bahan ledekanku nanti. Lihat saja wi akan ku balas kau!’ gumamku
dalam hati lalu aku segera mengangguk dengan cepat menandakan aku ingin
mengetahuinya.
“Apa itu tante?” ucapku bersamaan
dengan anggukanku tadi.
“Jadi begini..” belum sempat
mamanyanya owi melanjutkan ucapannya datang seseorang yang mengejutkan kami
dari belakang yang tak lain dan tak bukan adalah manuisa setengah iblis itu. ya
owi.
“Duaaaar” ucap owi dari belakang
sambil memegangi pundak mamanya itu.
“Hayoo lagi gosipin owi yaa? Bu
jangan buka kartu owi dong!” ucap makhluk itu dengan manja. Uwek! Rasanya aku
ingin muntah saat melihat dia seperti itu.
Aku menoleh kebelakang untuk
sekedar melihat owi yang tengah
berbisik-bisik dengan mamanya “AAAAAAA”
teriakku setelah menyadari keberadaaan owi.
“Kok teriak sih?” tanya owi
heran.
“Kau ini tidak punya malu ya!
Lihat dirimu!” aku segera menggiring kedua lenganku ntuk menutupi wajahku.
“AAAAAAAA” teriaknya tak kalah
panik setelelah menyadari bahwa handuk yang ia kenakan dipinggangnya itu
merosot lalu owi segera melesat pergi.
“Hahaha kebiasaan buruk mu tak
pernah kau rubah wi! Mangkanya setelah mandi itu cepat pakai baju jangan
keluyuran kesana-kemari dulu ” teriak sang ibu lalu diikuti dengan tawanya.
“Maaf ya butet owi memang
ceroboh, untung saja dia masih mengenakan boxcer-nya kalau tidak bisa berabe”
ucap sang ibu meminta maaf atas kecerobohan owi barusan, aku hanya tersenyum
kecut.
“TIIINN TIIINN” terdengar suara
klakson motor dari arah luar.
Tante linda pun lantas melihat
kearah jendela dan berucap padaku “Sebentar ya tet tante bukain gerbang dulu”
segera tante linda berjalan menuju gerbang untuk segera dibuka.
Tak lama owipun muncul sudah
dengan berpakaian rapi, aku segera menodongnya “Heh mau sampai kapan aku
menunggumu disini! Langit sudah mulai gelap aku takut dicariin mama handphone
ku low. Cepat aku mau pulang!” cerocosku padanya.
Owi tertawa sebelum berucp padaku
“Bhahaha anak mama dasar!” ucapnya dengan nada mengejek.
“Coba katakan sekali lagi?!”
ucapku dengan menari kerah banyunya.
“Iya-iya maaf, yasudah ayo kita
kedepan” ucapnya lalu menarik lenganku.
Saat diambang pintu dia segera
melepaskan pegangan dilenganku untuk melambai pada sosok yang baru saja datang
“Hey san, dari tadi bukan? Sorry ya lama”
Mataku mengikuti kearah yang ia
panggil dengan ‘san’ itu. ternyata dia merupakn teman satu sekolahku juga namun
berbeda kelas aku mengamati kehadirannya hingga mataku menangkap sesuatu yang
berada disebelahnya ‘Lah itukan motorku? Kok dipakai temannya owi sih?’ tanyaku
dalam hati saat melihat sosok yang baru datang itu.
“Wi itukan motorku kok dibawa
kesini? Katanya mau diantar kerumah, kau ini bagaimana sih!” bentakku pada owi.
Lalu owi membawaku mendekat ke arah temannya dan motorku.
“Tet sorry banget nih ya tanpa
mengurangi rasa hormat ceileh aku kan akan pergi latihan dengan ahsan” ucap owi
sangat hati-hati malah terkesan lama.
“TERUS?” sambarku cepat agar owi
segera melanjutkan perkataanya.
“Ja-jadi..” ucapnya terbata-bata
lalu merampas kunci motorku serta helm yang ada di tangan ahsan. Lalu memberikan
barang-barang itu padaku “Ini kunci motormu.. helm mu.. dan satu lagi, jas
hujan punyaku.. jaga-jaga takut dijalan
tiba-tiba hujan”
Aku melongo tak mengerti maksud
dari perkataan owi barusan “Maksudmu?!” tanyaku meyakinkan.
“Kau pulang sendiri saja ya
waktuku sudah mepet” Ucapnya lalu tersenyum yang membuatku benar-benar muak
lalu ia berkata lagi “Aku sengaja menyuruh ahsan mengantarkan motormu kesini
karena aku tak punya waktu lagi untuk mengantarmu pulang mangkanya kau pulang
sendiri saja ya yang pentingkan motormu sudah ku antar dengan selamat pada
pemiliknya hehe” ucapnya lalu tersenyum.
Saat ini rasanya ingin
kukeluarkan samurai lalu memenggal leher manusia setengah iblis ini tanpa ampun
‘AAAAAA MANUSIA INI... BENAR-BENAR AKAN MEMBUATKU MELEDAK!’ aku menatapnya
tajam ingin rasanya mendaratkan satu bogeman saja padanya agar rasa kesalku
tersalurkan namun sungkan kulakukan karena disebelahnya masih ada tante linda.
Aku terus memakinya dalam hati sambil menatapnya tajam lalu owi sepertinya akan
segera melarikan diri sampai akhirnya ia berkata “Sudah ya aku mau berangkat
nanti bisa-bisa aku dan ahsan dipecat ” ia memebuka pintu mobilnya untuk segera
melesat pergi.
Namun sebelum owi menginjak pedal
gasnya ia terlebih dahulu mencondongkan kepalanya dari arah pintu mobilnya itu
hingga yang terlihat hanya kepalanya saja lalu berkata padaku “Oh iya satu
lagi, itu kepalamu sudah berasap hati-hati meledak ya!” teriaknya padaku lalu
terdengar jelas tawanya membahana bersamaan dengan temannya itu.
‘SIAL! BARU KALI INI ADA YANG
BERANI MENGERJAIKU HINGGA BEGINI! LIHAT SAJA NANTI PEMBALASANKU!’ rutukku dalam
hati
“HEH OWI JANGAN KABUUR!” teriakku
padanya. Ku lihat tante linda hanya mesem-mesem sedari tadi melihat tingkahku
dengan owi aku segera pamit pulang padanya karena aku ngin segera memberi
pelajaran pada owi hari ini juga.
Setelah pamit pada tante linda
segera kulajukan motorku dengan kecepatan tinggi berharap masih menemukan jejak
mobil owi yang dapat ku kejar dan akhirnya terlihat mobil sedan BMW yang berwarna
hitam dengan nomor polisi ‘B 120W1K 5T’ yang tak lain dan tak bukan adalah
mobil si manusia setengah iblis itu.
‘YES!’ hatiku sorak-sorai ketika
melihat mobilnya ada di depanku segera ku kejar lagi hingga dapat menyelip di
depanya namun sayang aku terhenti oleh trafic light. Owi meluncur dengan bebas
didapan namun sepertinya ia melihat keberadaanku dari kaca spionnya manusia
setengah iblis itu lalu mengacungkan ibu jarinya yang dibuat terbalik.
“HEY! KAU BENAR-BENAR MENGIBARKAN
BENDERA PERANG RUPANYA! TUNGGU PERMAINAN DARIKU!” teriakku antusias aku tak
dapat mengejarnya lagi karena entah mobil dia sudah tak terihat. Dan masalah
yang terakhir adalah.. aku menjadi pusat perhatian dijalanan ini! OH TIDAK!
Ternyata semua pengendari mobil maupun motor tengah menatap aneh kearahku
sambil berbisik dari satu pengendara ke
pengendara yang lain.
Aku tertunduk malu berusaha menyembunyikan
wajahku ‘SIAL! SIAL! BENAR-BENAR MANUSIA PEMBAWA SIAL!’ makiku dalam hati.
Sepersekian menit trafic light itupun berubah warna menjadi hijau menandakan
para pengendara boleh melanjutkan perjalanannya. Secepat kilat aku melajukan
motoku ini ingin rasanya cepat-cepat sampai dirumah.
*********
Pagi ini cukup mendung aku
memutuskan untuk tidak membawa motor kesekolahku dan tidak juga membawa mobilku
aku naik kendaraan umum rasanya sudah lama tidak berdesak-desakan di metro mini
memang kedengarannya bodoh tapi aku senang melakukan ini berdesak-desakan di
angkutan umum rasanya lebih menantang dari pada naik motor atau mobil. Aku
terus menunggu kehadiran si mobil oranye itu dihalte dan beberapa orang
disamping ku pun tengah melakukan hal yang sama.
Tiba-tiba ada mobil yang berhenti
didepanku lantas membuka kaca mobilnya akupun sedikit merendahkan berdiriku
untuk melihat sosok yang ada dalam mobil itu aku pikir pasti orang yang akan
menanyakan alamat namun ternyata aku salah. Yang berada dalam mobil itu adalah
owi si manusia setengah iblis.
“Haha sedang apa kau disitu?”
tanyanya dengan nada mengejek.
“Kau Buta? Atau tidak punya otak?
Lihat aku sedang dihalte! Pikir sendiri orang dihalte sedang apa! Pakai nanya
lagi!” ucapku sambil memamerkan mataku yang dibuat bulat.
“Ohaha galak sekali kau ini,
motormu kemana? Rusak gara-gara kemarin?” tanyanya lagi bukannya menggubris
perkataanya aku malah melirik arloji yang ada dilenganku.
“Sudah pukul tujuh kurang lima
belas menit ya? Wah lima belas menit lagi gerbang sekolah akan ditutup dong.
Daripada kau terus berdiri disitu mending berangkat kesekolah gratis bersamaku”
ucapnya sumringah dari dalam mobil.
Aku kembali merendahkan berdiriku
untuk kembali melihatnya “Apa? Coba katakan sekali lagi aku tidak mendengarnya?”
“Iya kau berangkat bersamku saja
kesekolah. Ayo naik” ucapnya lagi.
Bukannya segera membuka pintu
mobilnya aku malah semakin merendahkan berdiriku mungkin sekarang aku tengah
berjongkok dan mengambil sesuatu yang berada dibawah sana lalu ku kepalkan
ditanganku hingga tak terlihat olehnya, owi yang penasaran lantas mencondongkan
kepalanya hingga keluar.
‘YES UMPANKU DIMAKAN, RASAKAN
INI!’ gumamku ketika melihat owi mulai penasaran dengan apa yang sedang ku
lakukan.
“Kau sedang apa sih? Ayo naik,
berangkat kesekolah bersamaku!”
“TAK AKAN SUDI AKU MENDUDUKI JOK
MOBILMU LAGI!” ucapku bersamaan dengan sesuatu yang ku kepal kini mulai ku
oleskan tepat ke wajahnya.
“Hey jangan lari! Tanggung jawab
ini muka ku belepotan lumpur! Hey butet!” teriaknya dari dalam mobil. Aku yang
sudah masuk ke dalam metro minipun tertawa puas melihat manusia setengah iblis
itu belepotan lumpur.
‘Haha tau rasa kau jika
bermain-main dengan butet!’ ucapku sorak-sorai dalam hati. Dan saat metro mini
ini melaju melewati mobilnya, aku berteriak dari dalam dengan antusias “nih ku
kembalikan” teriakku lalu mengacungkan ibu jari yang kubuat terbalik.
Terlihat sekali wajahnya nampak
kesal dan saat tadi aku berteriak dari jendela metromini terlihat ia sedang
memukul kemudinya. Ah aku benar-benar bahagia pagi ini sungguh pagi yang
menyenangkan. Rasanya ingin berlama-lama di metro mini karena setelah tikungan
ini aku harus turun dan masuk ke sekolah, tentunya harus bertemu manusia
setengah iblis lagi. Aku malas. Tapi tak apalah karena pagi ini aku berhasil
menang darinya. YEAH!
Dan betapa bahagianya hari ini
ternyata si manusia setengah iblis itu tidak ada dikelas sampai pelajaran
berakhir, menurut penuturan guru serta teman-temanku dia sedang dispen. Sumpah
ini serius aku sujud syukur ketika mendengar dia tidak masuk kelas teman-teman
serta wali kelasku hanya geleng-geleng kepala melihat aksiku itu. Masa bodoh!
Yang penting aku senang satu hari saja tidak bersamanya bisa membuatku awet muda
dengan tidak perlu mengeluarkan energi berlebih.
Pelajaran telah selesai, bel
sudah dibunyikan dan it’s time to go home. Aku menyambut sumringah kepulanganku
hari ini, saat akan melangkahkan kaki keluar gerbang sekolah seseorang
dibelakangku menepuk pundakku pelan.
“Tet mau kemana?”
“Pulang, kenapa? Mau bareng? Tapi
aku tidak bawa kendaraan”
“Bukan.. bukan.. memangnya
barusan kamu tidak mendengar
pengumuman?”
“Ya ampun aku hampir lupa, untung
aja. thanks vita” ucapku lalu memeluk teman sekelasku itu.
“Ayo, tunggu apa lagi?” ucap vita
padaku yang melihat aku seperti sedang memikirkan sesuatu.
“Vit, aku lupa bawa raket” ucapku
lalu menempelkan lenganku ke jidat.
“Aku juga gak bawa kok tet lagian
hari ini kan hanya perkenalan pelatih saja serta demo ekstrakulikulernya”
“Benar juga yasudah ayo vit”
ucapku lalu menuju aula yang dipakai sementara untuk demo ekstrakulikuler yang
akan ku ikuti ini.
Ya ini hari pertamaku mengikuti
demo ekstrakulikuler yang tentu saja akan diperagakan oleh anggota-anggota dari
sekolahku juga. Aku memilih ekstrakulikuler badminton karena memang cita-citaku
dari dulu eh bukan dari dulu sih sebenarnya aku ingin menjadi pemain bola tapi
karena mama melarangku jadi ku urungkan niat menjadi pemain bola. Mama lebih
menyetujui aku menjadi atlet badminton karena ia memang sudah terobsesi pada
permainannya susi susanti dulu.
Tapi kecintaanku kepada badminton
sekarang sangatlah tinggi aku benar-benar ingin membuktikan pada mama bahwa
anaknya yang bandel ini juga bisa berguna syukur-syukur kalau bisa menjadi
seorang juara dunia. Tenang ma butet akan tunjukan! ya mulai belajar dari hal kecil
dari ekstrakulikuler tidak ada yang salaha’kan?.
Satu persatu demo ekstrakulikuler
telah selesai hingga aku tertarik pada demo ekstrakulikuler yang sedang ku
lihat ini.
“HIIIIAAAAT”
“PROK..PROK..PROK..” suara riuh
tepuk tangan dari para anak-anak kelas sepuluh yang sedang menyaksikan demo
ekstrakulikuler karate.
Aku pun ikut betepuk tangan
seperti yang lainnya aku tercengang begitu kakak kelasku berhasil memecahkan
botol minuman yang terbuat dari kaca dengan tangan kosong “Wah hebat! Hebat!
Hebat ya vit” aku menyikut lengan disebelahku.
“Iya tet hebat,eh bukannya kamu bisa karate juga?” tanya vita
sungguh-sungguh.
“Hah? sotau kata siapa kamu? Aku
gak bisa!” jawabku tanpa menoleh pada vita.
“Bukannya waktu kamu pernah
disuruh untuk menampilkan bakatmu, kau memilih karate dan menendang perutnya ka
hendra. Kakak pembimbingmu sendiri, kau ingat?” jelas vita.
“Oh haha itu.. sebenarnya sih itu
hanya gaya-gayaanku saja bilang bisa karate padahal sebenarnya tidak” aku
menggaruk kepalaku yang tak gatal lalu melanjutkan ucapanku lagi “Aku sih bisa
saja adu fisik, gulat, satu lawan satu tapi ya begitu brutal tak terarah aku
pengennya seperti kakak kelasku yang barusan mempraktekan jurus-jurus karate
yang bagus itu jadi gulatnya terarah dan jika ada manusia-manusia tipe ka
hendra seperti itu bisa langsung ku habisi” ucapku serius.
“Dasar kau ini ada-ada saja! jadi
sebenarnya kau mau ambil ekstrakulikuler apa? Badminton atau karate?” tanya
vita memastikan.
“Sudah badminton saja bersamaku,
biar aku ada teman. Ayolah” rengek vita bak anak kecil yang minta dibelikan
permen.
“Iya sih lagian aku juga sudah
mengisi formulir pendaftaran dibadminton gak mungkin aku gagalkan gitu aja tapi
aku juga kepingin bisa bela diri”lirihku galau.
“Karate?, badminton?, karate?,
badminton?” ucapku seperti sedang berhitung menggunakan jari-jemariku.
“Ssssstttttttt berisik! Ini demo
ekstrakulikuler yang kita tunggu-tunggu sudah mau mulai” ucap vita sambil
membekam mulutku yang terlihat antusias saat para kakak kelasku berlenggok
memasuki aula dengan memegang raket di tangan kanannya.
Satu persatu para kakak kelasku
itu menampilkan cara service yang baik, cara menyerang, bertahan dan smash.
Pada saat smash berhasil dilakukan dengan cepat, semua kembali memebrikan
tepuktangan yang riuh.
“Wah hebat! Hebat! Hebat ya tet!”
kini giliran vita yang terlihat begitu terkesima.
“Haha iya vit hebat” ucapku
sambil terus memberikan tepuk tangan. Lalu orang yang sedang melakukan aksinya
itu setelah berhasil melakukan smashnya ia menatapku lalu tersenyum dan
melambai padaku. Seolah seperti mengatakan ‘hello’.
‘Mengapa dia senyum kearah ku?
dadah-dadah padaku seperti itu lagi? Kakak kelas sok kenal!’ Batinku berucap.
Aku terus mengawasinya dengan membuka mataku lebar-lebar untuk meyakinkan yang
barusan melambai padaku itu siapa. Saat aku menangkap wajahnya ketika menoleh
kearahku lagi OH TIDAK! Aku benar-benar mengenalnya.
“Cie disenyumin” ledek vita
padaku yang ternyata dia juga melihat kejadian barusan itu.
“Apaan sih! Enggak! Aku gak akan
ambil ekstrakulikuler badminton!” ucapku lalu segera pergi meninggalkan vita.
“Eh tet mau kemana? Ini demonya
belum selesai?” teriak vita menahanku.
“Masa bodoh! Aku mau pergi ke
tempat formulir pendaftaran! Akan ku robek data diriku disana!” ucapku
uring-uringan.
TBC
Emm kira-kira siapa ya yang ada
dalam demo badminton itu sampai-sampai butet ingin gagalkan pendaftarannya?
Tunggu di part selanjutnya J